Saintifika- Tingkat
kelulusan ujian nasional (
UN) 2013 diyakini akan tetap tinggi walaupun
Kemendikbud melakukan perubahan pelaksanaan
UN dengan 20 paket soal dan
menggunakan sistem barcode.
Sebab, kecurangan bukan hanya
terjadi pada
UN, tetapi juga pada ujian sekolah. Iwan Hermawan,
Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) di
Jakarta, Senin (1/4/2013), mengatakan hampir setiap sekolah mematok
nilai sekolah (NS) yang merupakan gabungan nilai rapot dan
ujian sekolah (US) minimal sesuai dengan kriteria ketuntasan mininal (KKM).
Jadi,
jika sekolah sudah memberi nilai sekolah 8 (40 persen) maka siswa bisa
tenang menjalani
UN, karena cukup mencapai nilai standar.
"Jadi
percuma kalau tidak ada perubahan total sistem
UN hanya penghamburan
biaya saja. Selain itu, intervensi pemerintah daerah yang sudah
menargetkan kelulusan 100 persen membebani sekolah. Tidak heran inilah
yang mendorong sekolah melakukan
mark up nilai sekolah," kata Iwan.